Selasa, 05 Januari 2010

Kilas Balik Munculnya Supply Chain Management

a. Tahun 1960-an
Ford memproduksi mobil standar yaitu model T berwarna hitam. Sistem produksi Ford dikenal dengan sistem produksi massal. Sistem produksi massal sangat mementingkan jumlah output yang dihasilkan persatuan waktu. Produktivitas, efisiensi, menciptakan keseimbangan lintasan produksi, dan utilitas sistem produksi adalah hal yang sangat penting. Pada sistem produksi massal kecepatan kerja operator diukur dan dijadikan dasar untuk menentukan upah. Ilmu pengukuran waktu kerja dan metode kerja sangat relevan dengan sistem produksi massal.
b. Tahun 1970 – 1980-an
Keunggulan bersaing pada era ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan sebuah industri untuk menciptakan banyak output persatuan waktu. Produktivitas tetap penting, tetapi tidak cukup sebagai bekal untuk bersaing di pasar. Pelanggan mulai bisa membedakan produk berdasarkan kualitasnya. Mulai ramai dibicarakan cara-cara untuk meningkatkan kualitas produk. Disadari bahwa kualitas produk sangat tergantung pada proses, manusia, dan sistem secara keseluruhan. Pengendalian kualitas tidak lagi cukup hanya dilakukan dengan model inspeksi produk, tetapi lebih fundamental dengan melihat proses. Orang mulai sadar bahwa kualitas produk juga tidak lepas dari kualitas bahan baku yang dikirim oleh supplier. Muncul konsep dan teknik Statistical Process Control dan Total Quality Management.
c. Tahun 1990-an
Munculnya teknologi informasi mengakibatkan pasar menjadi semakin mengglobal dan persaingan dunia menjadi semakin ketat. Tuntutan pelanggan menjadi semakin tinggi. Mendapatkan produk murah dan berkualitas tidaklah cukup. Variasi produk menjadi semakin penting. Pelanggan juga mulai menuntut aspek kecepatan respon, inovasi, dan fleksibilitas. Konsep-konsep time based competition, agile manufacturing, dan sejenisnya dimunculkan sebagai respon terhadap pentingnya aspek waktu dalam persaingan.
d. Tahun 1990-an
Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan tidaklah cukup. Perlu peran serta semua pihak mulai dari supplier yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari supplier ke pabrik, serta jaringan distribusi yang akan menyampaikan produk ke tangan pelanggan. Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat yang melahirkan konsep supply chain management.

Pengertian Supply Chain Management

Pengertian SCM dari beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Oliver dan Weber (1982)
Metode, alat, atau pendekatan pengelolaan supply chain. Supply chain adalah jaringan fisik yaitu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir.
b. Fortune Magazine (Artikel Henkoff, 1994)
Merupakan proses dimana perusahaan memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan. Proses pemindahan barang dilakukan dalam jumlah yang tepat, lokasi tepat, dan tepat waktu.
c. Ross (1998)
Filosofi manajemen yang secara terus menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu supply chain untuk memasuki sistem supply yang kompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa, dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan yang bersifat unik.
d. Martin (1998)
Jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan.
Contoh: Pabrik pembuat kemeja adalah 2 bagian supply chain yang menghubungkan upstream (melalui pengusaha kain kepada pengusaha serat/kapas) dan downstream (melalui distributor dan retail pada pelanggan akhir).
e. Stanford Supply Chain Forum (1999) yang dicetuskan oleh Kepala Forum Hau Lee
SCM berhubungan erat dengan aliran manajemen material, informasi dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor, dan pelanggan
f. Simchi-Levi et al (1999)
Merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
g. Council of Logistics Management
The systematic, strategic coordination of the traditional business function within a particular company and across business within the supply chain for the purpose of improving the long term performance of the individual company and the supply chain as a whole.
SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi dan kolaborasi perlu dilakukan karena perusahaan yang berada pada satu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, mereka harus bekerja sama untuk membuat produk yang murah, mengirimnya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Persaingan pada saat ini bukan hanya satu perusahaan dengan perusahaan yang lain tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. Semangat kolaborasi dan koordinasi juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah supply chain tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang berada di dalamnya. Namun, semangat kolaborasi dan koordinasi tidak boleh mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan. SCM yang baik bisa meningkatkan kemampuan bersaing bagi supply chain secara keseluruhan, namun tidak menyebabkan satu pihak berkorban dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan pengertian, kepercayaan, dan aturan main yang jelas. Idealnya, hubungan antar pihak pada supply chain berlangsung jangka panjang. Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi. Efisiensi bisa tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi ongkos-ongkos untuk mendapatkan perusahaan partner baru.

Pemain Utama Supply Chain Management

a. Chain 1: Suppliers
Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub assemblies, suku cadang, dan sebagainya.
b. Chain 1-2: Suppliers – Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua yaitu manufacturer atau assemblers atau plants atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventory bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini.
c. Chain 1-2-3: Suppliers – Manufacturer – Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan manufacturer disalurkan kepada pelanggan melalui distributor. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlag yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.
d. Chain 1-2-3-4: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan kembali ke pihak pengecer. Ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke took pengecer (retail outlets).
e. Chain 1-2-3-4-5: Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlet – Customers
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah took, warung, took serba ada, pasar, swalayan, toko koperasi, mall. Dll.